PENGARUH FAKTOR
SOSIAL EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN MANGROVE DI
KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA
Nur Hamid
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, elnur.hamid@gmail.com
Dra. Hj. Sri Murtini, M.Si
Dosen Pembimbing Mahasiswa
Abstrak
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada
berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk hidup dan berkembang
biak.
Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir.
Pantai Timur Surabaya adalah kawasan yang memiliki luas mangrove sebesar 491,62
ha sehingga pemerintah Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan
konservasi. Tetapi banyak terjadi kerusakan mangrove, kerusakan paling besar
yaitu di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut sebesar 14,006 ha atau 27,26%.
Penyebab rusaknya mangrove ini disebabkan oleh faktor manusia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan,
pengetahuan masyarakat, tanggungan keluarga, tingkat pendapatan terhadap
partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo, dan
untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Lokasi penelitian ini di RW 7
Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya karena paling dekat dengan kawasan mangrove dan memiliki
peran paling besar dibanding RW lain. Populasi yang digunakan sebanyak
343 KK. Pemilihan sampel menggunakan Simple random sampling yaitu sebesar 77 responden. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan
untuk mengetahui adanya pengaruh menggunakan uji chi square, sedangkan untuk
mengetahui faktor yang paling berpengaruh menggunakan uji regresi logistik
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis dengan uji chi square
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan
(p=0,071) dan faktor pengetahuan masyarakat (p=0,063) terhadap partisipasi
masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor tanggungan keluarga (p=0,400) dan faktor tingkat pendapatan (p=1,000) terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Hasil analisis dengan uji regresi logistik berganda variabel yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor pengetahuan masyarakat (p=0,070).
Kata Kunci: Faktor Sosial Ekonomi,
Partisipasi
Masyarakat, Pelestarian Mangrove
Abstract
Mangrove forest providing protection to a variety of an
organism either animal land and water to live and reproduce. The forest trees
are a buffer between the mainland and coastal communities. The east coast of
Surabaya are areas that have broad mangrove of 491,62 ha so that the Surabaya
government make this area as conservation area. But there are many mangrove
damage occurs with the most damage is occurs in Wonorejo of Rungkut
district that is reach 14,006 ha or
27,26 %. The mangrove damaged is caused by the human factor. The aim of this research is to analyze the
influence of the educational level, knowledge
of the people,
influence of dependents families, influence of income level against public participation
in the preservation of the mangrove in Wonorejo sub district, and analyze the
variable the most influential on public participation in the preservation of
the mangrove in Wonorejo sub district. The type of this research is survey research. The
location of this research in RW 7 in Wonorejo of Rungkut district of Surabaya
city because it is closest to mangrove region and having the largest role of
others RW. Population that is used as many as 343 families. The sample selection
is use simple random sampling that is by 77 respondents. The technique of collecting data is with interviews and
documentation. The technique of data analysis is use test statistic. Test statistics is used to know
the influence of test using chi square while to know most influential factor
test use of multiple regression logistics test. The result of this research indicates that analysis by
test chi square shows the significant factor between education levels ( p =
0,071 ) and the knowledge of a community ( p = 0,063 ) against public
participation in mangrove preservation in Wonorejo sub district. And there
isn’t significant influence factor between dependents family ( p = 0,400 ) and
factor of income level ( p = 1,000 ) against public participation in mangrove
preservation Wonorejo sub district. The result of the analysis by test of
multiple regression logistics, the variable
that most influential significantly toward public participation in
mangrove preservation in Wonorejo sub district is the factor of public
knowledge ( p = 0,070 ).
Keywords: Socioeconomic factors, public participation, the
preservation of the mangrove
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang
merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini
sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000
km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang
besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati
misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi
nonhayati misalnya: mineral dan
bahan tambang serta pariwisata. (Yuniarti, 2007 : 1)
Hutan mangrove Indonesia merupakan hutan
mangrove terluas di dunia. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75 %
dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27 % dari luas mangrove di
dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis
yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di
wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun demikian, kondisi
mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari
tahun ke tahun. Saat ini, tercatat Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas
9,36 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekitar 48 % atau seluas
4,51 juta hektar rusak sedang dan 23 % atau 2,15 juta hektare lainnya rusak
berat. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia sebagian besar diakibatkan
oleh ulah manusia. Baik berupa konversi mangrove menjadi sarana
pemanfaatan lain seperti pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya. (http://indomaritimeinstitute.org/?p=1534)
Surabaya sebagai kota yang terletak di tepi pantai merupakan salah satu contoh bagaimana
pemerintah daerah harus tanggap terhadap dampak buruk perusakan ekosistem
pesisir yang akan memperburuk daya dukung kawasan pesisir yang secara alami
sudah sangat rentan terhadap kerusakan akibat perubahan lingkungan dan bencana
alam. Khususnya pantai timur Surabaya yang sudah
menjadi perhatian khusus dalam konservasi alam yang bertujuan untuk
meminimalisasi dampak perubahan lingkungan dan bencana alam. Salah satu
konservasi alam di pantai timur Surabaya adalah konservasi hutan mangrove.
Menurut Supriharyono (2002:31–32)
ada beberapa manfaat penting hutan mangrove, diantaranya adalah : 1) Kayunya dapat dipakai
sebagai kayu bakar. Karena nila kalorinya yang tinggi maka kayu mangrove dapat
dipakai sebagai arang atau (charcoa). Selain itu beberapa jenis pohon
mangrove tertentu mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan
sebagai bahan untuk perumahan dan konstruksi kayu. 2) Kulit kayu merupakan
sumber tanin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit dan pengawetan
jala atau jaring ikan. Selain itu juga merupakan sumber lem plywood dan
beberapa macam zat warna. 3) Daunnya
bisa digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa daun dari jenis-jenis tertentu
digunakan sebagai obat tradisional baik untuk manusia atau hewan ternak, bahkan
adapula yang dipakai sebagai pengganti untuk teh dan tembakau. 4) Bunga –
bunganya merupakan sumber madu. 5) Buah – buahan ada yang dapat dimakan,
walaupun beberapa dari buah – buah tersebut ada yang beracun bagi ikan. 6) Akar
– akarnya efektif untuk perangkat sedimen, memperlambat kecepatan arus, dan
mencegah erosi pantai. 7) Tempat mencari makanan dan berlindung bagi berbagai
ikan dan hewan – hewan air lainnya (seperti kerang – kerangan) terutama pada
tingkat juvenile. 8) Hutan mangrove merupakan
suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir (laut), misalnya antara
terumbu karang dan lamun (seagrasess).
Mangrove mempunyai manfaat yang sangat besar sekali baik dari segi
pendidikan, wisata, ekonomi, dan keindahan alam. Pantai Timur Surabaya adalah
kawasan yang memiliki luas mangrove yang besar yaitu 491. 62 ha sehingga
pemerintah Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. (Dinas
Pertanian Kota S urabaya dalam BLH, 2011)
Kecamatan yang memiliki luas hutan mangrove
terbesar adalah Kecamatan Rungkut yaitu 154,01 ha. Hal inilah yang menjadikan
Kecamatan Rungkut dalam hal ini adalah Kelurahan Wonorejo dijadikan sebagai
kawasan konservasi mangrove. Tetapi di Kelurahan Wonorejo terjadi kerusakan
hutan mangrove terbesar dibandingkan dengan wilayah lain, kerusakan ini seluas
27,26 % dari luas total mangrove Wonorejo. Padahal pemerintah sudah berperan
aktif dalam menangani masalah mangrove. Kerusakan hutan mangrove dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Hutan Mangrove Pantai Timur Surabaya Tahun 2011
Kec.
|
Kel.
|
∑ (ha)
|
∑ kerusakan
(ha)
|
% Kerusakan
|
Gunung Anyar
|
Gunung Anyar Tambak
|
63,477
|
11,079
|
17,45 %
|
Mulyorejo
|
Dukuh Sutorejo
|
1,486
|
0,000
|
0,00 %
|
Kalisari
|
68,329
|
2,513
|
3,68 %
|
|
Kejawan Putih
|
28,461
|
0,204
|
0,72 %
|
|
Rungkut
|
Medokan Ayu
|
70,403
|
1,375
|
1,95 %
|
Wonorejo
|
51,38
|
14,006
|
27,26 %
|
|
Sukolilo
|
Keputih
|
150,378
|
32,535
|
21,64 %
|
Semampir
|
1,421
|
0,327
|
23,01 %
|
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya dalam BLH, 2011 (diolah)
Menurut Santoso (2012) faktor
penyebab rusaknya hutan mangrove adalah : 1) Pemanfaatan yang tidak
terkontrol, karena ketergantungan masyarakat yang menempati wilayah pesisir
sangat tinggi, 2) Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan
(perkebunan, tambak, pemukiman, kawasan industri, wisata) tanpa
mempertimbangkan kelestarian dan fungsinya terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan pemaparan diatas, salah satu penyebab rusaknya mangrove adalah dari
faktor manusia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi
masyarakat. Sehingga perlu diadakan penelitian mengenai hal tersebut dengan
tujuan untuk : 1) menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan
masyarakat, tanggungan keluarga, dan tingkat pendapatan terhadap partisipasi
masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut
Kota Surabaya, 2) menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian ini
adalah
penelitian survei. Penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan dan gambaran secara jelas tentang pengaruh sosial ekonomi terhadap perilaku masyarakat dalam pelestarian
mangrove di kelurahan wonorejo kecamatan rungkut kota surabaya.
Lokasi penelitian ini adalah di RW 7
Kelurahan Wonorejo Kecamatan
Rungkut Kota Surabaya dengan alasan bahwa
masyarakat RW 7 adalah yang paling dekat dengan kawasan mangrove dan memiliki
peran paling besar dibanding RW yang lain. (Prasurvey, tanggal 19 September
2012)
Populasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah RW 7 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya sebesar 343 KK
(Monografi Kelurahan Wonorejo, 2012). Sedangkan
sampel yang digunakan adalah 77 responden. Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan cara undian. Pengundian ini dilakukan dengan mengambil
nomor atau nama responden tiap RT dalam populasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan program SPSS
16.0 for windows. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh
menggunakan uji chi square, sedangkan untuk mengetahui
faktor yang paling berpengaruh menggunakan uji regresi logistik berganda.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wonorejo Kecamatan
Rungkut Kota Surabaya tentang pengaruh faktor sosial terhadap partisipasi
masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah jumlah responden tingkat
pendidikan < 10 tahun sebanyak 27 orang dengan rincian partisipasi masyarakat
aktif sebanyak 7 orang atau 25,9 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 20
orang atau 74,1 %. Sedangkan tingkat pendidikan ≥ 10 tahun sebanyak 50
orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 25 orang atau 50 %
dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 25 orang atau 50 %. Hasil uji
statsitik menggunakan uji chi square
(χ2) sebesar 3,251 dengan
nilai p = 0,071. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga
akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas,
maka p < α (0,071 < 0,1) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di
Kelurahan Wonorejo.
Jumlah responden dengan pengetahuan
masyarakat < rata – rata sebanyak 49 orang dengan rincian partisipasi masyarakat
aktif sebanyak 16 orang atau 32,7 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak
33 orang atau 67,3 %. Sedangkan pengetahuan masyarakat ≥ rata – rata sebanyak
28 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 16 orang atau
57,1 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 12 orang atau 42,9 %. Hasil
uji statsitik menggunakan uji chi square
(χ2) sebesar 3,449 dengan
nilai p = 0,063. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga
akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas,
maka p < α (0,063 < 0,1) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
pengetahuan masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove
di Kelurahan Wonorejo.
Berikut ini adalah
pengetahuan masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya :
a. Pengetahuan masyarakat tentang pengertian hutan mangrove
Tabel 2: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengertian Hutan Mangrove
Pengertian Hutan
Mangrove
|
Jumlah Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Hutan yang tumbuh di
sepanjang pantai
|
33
|
42,86
|
44
|
57,14
|
Hutan yang banyak tanaman bakau
|
27
|
35,06
|
50
|
64,94
|
Hutan yang hidup di muara sungai, daerah pasang
surut, dan tepi laut
|
33
|
42,86
|
44
|
57,14
|
Spesies pohon yang yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin
|
31
|
40,26
|
46
|
59,74
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table
2 dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang pengertian mangrove dengan persentase
tertinggi sebesar 42,86 % atau sebanyak 33 responden adalah hutan yang tumbuh
di sepanjang pantai atau hutan yang hidup di muara sungai, daerah pasang surut,
dan tepi laut.
b. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan mangrove
Tabel 3: Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Hutan Mangrove
Manfaat
Hutan Mangrove
|
Jumlah Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Tempat rekreasi dan pariwisata
|
31
|
40,26
|
46
|
59,74
|
Mencegah abrasi pantai
|
48
|
62,34
|
29
|
37,66
|
Dapat digunakan secara ekonomis misalnya buah dan
kayunya
|
28
|
36,36
|
49
|
63,64
|
Tempat hidup berbagai satwa lain misalnya kera,
buaya, dan burung
|
23
|
29,87
|
54
|
70,13
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 3 dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan mangrove dengan
persentase tertinggi sebesar 62,34 % atau sebanyak 48 responden adalah mangrove
mempunyai manfaat mencegah abrasi pantai.
c. Pengetahuan masyarakat tentang kerusakan mangrove
Tabel 4: Pengetahuan Masyarakat Tentang Kerusakan Mangrove
Kerusakan Mangrove
|
Jumlah
Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Berkurangnya luasan
mangrove
|
20
|
25,97
|
57
|
74,03
|
Berkurangnya keindahan
mangrove karena banyak aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem mangrove
|
33
|
42,86
|
44
|
57,14
|
Adanya konversi mangrove
menjadi tempat pemancingan, pertambakan, dan pemukiman
|
22
|
28,57
|
55
|
71,43
|
Penurunan
keanekaragamanhayati di wilayah pesisir khususnya kawasan mangrove
|
24
|
31,17
|
53
|
68,83
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 4 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang kerusakan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 42,86 % atau
sebanyak 33 responden adalah berkurangnya keindahan mangrove karena banyak
aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem mangrove.
d. Pengetahuan masyarakat tentang pelestarian mangrove
Tabel 5: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelestarian Mangrove
Pelestarian Mangrove
|
Jumlah
Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Upaya untuk menata
kembali kawasan mangrove sekaligus melakukan aktivitas penghijuan
|
34
|
44,16
|
43
|
55,16
|
Upaya untuk mengembalikan
peran ekosistem mangrove sebagai penyangga kehidupan biota laut sekaligus
untuk konservasi hutan mangrove
|
31
|
40,26
|
46
|
59,74
|
Upaya untuk menggalang
kesadaran bersama sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
melestarikan mangrove
|
25
|
32,47
|
52
|
67,53
|
Upaya untuk menanam,
memelihara, dan mengawasi hutan mangrove agar tetap lestari
|
39
|
50,65
|
38
|
49,35
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 5 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang pelestarian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 50,65 % atau
sebanyak 39 responden adalah upaya untuk menanam, memelihara, dan mengawasi
hutan mangrove agar tetap lestari.
e. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pelestarian mangrove
Tabel 6: Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pelestarian Mangrove
Manfaat Pelestarian Mangrove
|
Jumlah
Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Menghijaukan kawasan
mangrove
|
29
|
37,66
|
48
|
62,34
|
Meminimalisasi kerusakan
mangrove
|
15
|
19,48
|
62
|
80,52
|
Dapat dimanfaatkan di
masa sekarang dan di masa yang akan datang
|
43
|
55,84
|
34
|
44,16
|
Sebagai tempat tinggal
makhluk hidup yang ada di kawasan mangrove
|
31
|
40,26
|
46
|
59,74
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 6 dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang manfaat pelestarian mangrove
dengan persentase tertinggi sebesar 55,84 % atau sebanyak 43 responden adalah
mangrove dapat dimanfaatkan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
f. Pengetahuan masyarakat tentang penanaman mangrove
Tabel 7: Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanaman Mangrove
Penanaman Mangrove
|
Jumlah
Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Upaya untuk menambah
pohon mangrove menjadi lebih banyak
|
26
|
33,77
|
51
|
66,23
|
Upaya memperluas kawasan
mangrove
|
21
|
27,27
|
56
|
72,73
|
Kegiatan menanam pohon
mangrove di kawasan hutan mangrove
|
23
|
29,87
|
54
|
70,13
|
Kegiatan melestarikan
hutan mangrove dengan cara penanaman benih mangrove yang bertujuan untuk
menghijaukan hutan mangrove
|
53
|
68,83
|
24
|
31,17
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 7 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang penanaman mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 68,83 % atau
sebanyak 53 responden adalah kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara
penanaman benih mangrove yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove.
g. Pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan mangrove
Tabel 8: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemeliharaan Mangrove
Pemeliharaan
Mangrove
|
Jumlah Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Upaya merawat tanaman mangrove yang masih
berumur muda ataupun tua
|
27
|
35,06
|
50
|
64,94
|
Upaya merawat tanaman mangrove secara
terus menerus agar tanaman mangrove dapat tetap lestari
|
41
|
53,25
|
36
|
46,75
|
Kegiatan memelihara tanaman mangrove di
kawasan hutan mangrove
|
23
|
29,87
|
54
|
70,13
|
Kegiatan melestarikan hutan mangrove
dengan cara memeliharanya yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove
|
37
|
48,05
|
40
|
51,95
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 8 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang pemeliharaan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 53,25 % atau
sebanyak 41 responden adalah upaya merawat tanaman mangrove secara terus
menerus agar tanaman mangrove dapat tetap lestari.
h. Pengetahuan masyarakat tentang pengawasan mangrove
Tabel 9: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengawasan Mangrove
Pengawasan
Mangrove
|
Jumlah Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Upaya memantau tanaman mangrove yang masih berumur
muda ataupun tua
|
24
|
31,17
|
53
|
68,83
|
Upaya memantau tanaman mangrove secara terus menerus
agar tanaman mangrove dapat tetap lestari
|
32
|
41,56
|
45
|
58,44
|
Kegiatan mengawasi / memantau tanaman mangrove di
kawasan hutan mangrove
|
30
|
38,96
|
47
|
61,04
|
Kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara
mengawasi / memantau yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove
|
35
|
45,45
|
42
|
54,55
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 9 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang pengawasan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 45,45 % atau
sebanyak 35 responden adalah kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara
mengawasi / memantau yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove.
i. Pengetahuan masyarakat tentang kegiatan dalam pelestarian mangrove
Tabel 10: Pengetahuan Masyarakat Tentang Kegiatan Dalam Pelestarian
Mangrove
Kegiatan
Dalam Pelestarian Mangrove
|
Jumlah Responden
|
|||
Tahu
|
Tidak tahu
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Pembibitan tanaman mangrove
|
40
|
51,95
|
37
|
48,05
|
Menanam mangrove
|
33
|
42,86
|
44
|
57,14
|
Memelihara mangrove
|
34
|
44,16
|
43
|
55,84
|
Mengawasi mangrove
|
20
|
25.97
|
57
|
74,03
|
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari
table 10 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang kegiatan dalam pelestarian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar
51,95 % atau sebanyak 40 responden adalah pembibitan tanaman mangrove.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya tentang pengaruh faktor
ekonomi terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah
jumlah responden dengan tanggungan keluarga < 4 sebanyak 22
orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 7 orang atau 31,8 %
dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 15 orang atau 68,2 %. Sedangkan
tanggungan keluarga ≥ 4 sebanyak 55 orang dengan rincian partisipasi masyarakat
aktif sebanyak 25 orang atau 45,5 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak
30 orang atau 54,5 %. Hasil uji statsitik menggunakan uji chi square (χ2)
sebesar 0,707 dengan nilai p = 0,4. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α)
sebesar 0,1 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α.
Dari data di atas, maka p > α (0,4 > 0,1) artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan antara tanggungan keluarga dengan partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Jumlah responden dengan tingkat pendapatan < Rp. 1.868.831 sebanyak 57 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif
sebanyak 24 orang atau 42,1 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 33
orang atau 57,9 %. Sedangkan tingkat pendapatan ≥ Rp. 1.868.831 sebanyak
20 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 8 orang atau 40 %
dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 12 orang atau 60 %. Hasil uji
statsitik menggunakan uji chi square
(χ2) sebesar 0,000 dengan
nilai p = 1,000. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga
akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas,
maka p > α (1,000 > 0,1) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian
mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Berdasarkan
penelitian di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut,
masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove digolongkan
menjadi masyarakat berpartisipasi langsung dan masyarakat berpartisipasi tidak
langsung. Partisipasi masyarakat secara langsung sebesar 84,38% yang meliputi
keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan penyuluhan, menanam mangrove, memelihara
mangrove, mengawasi mangrove. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 11. Sedangkan partisipasi masyarakat tidak
langsung sebesar 15,63% yang meliputi keikutsertaan masyarakat membantu
menyediakan kontribusi dalam kegiatan pelestarian mangrove dan membantu
menyediakan alat dalam kegiatan pelestarian mangrove. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 12.
Tabel 11:
Partisipasi Masyarakat Langsung
Partisipasi Langsung
|
Jumlah Responden
|
|||
Aktif
|
Pasif
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Partisipasi masyarakat
dalam kegiatan penyuluhan
|
33
|
42,86
|
44
|
57,14
|
Partisipasi masyarakat
dalam menanam mangrove
|
30
|
38,96
|
47
|
61,04
|
Partisipasi masyarakat
dalam memelihara mangrove
|
23
|
29,87
|
54
|
70,13
|
Partisipasi masyarakat
dalam mengawasi mangrove
|
31
|
40,26
|
46
|
59,74
|
Sumber : Data primer
diolah tahun 2012
Dari tabel
11 dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat langsung dengan persentase
tertinggi sebesar 42,86 % atau sebanyak 33 responden adalah partisipasi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan.
Tabel 12: Partisipasi Masyarakat Tidak Langsung
Partisipasi
Tidak Langsung
|
Jumlah Responden
|
|||
Aktif
|
Pasif
|
|||
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Partisipasi masyarakat
dalam membantu menyediakan kontribusi dalam kegiatan pelestarian mangrove
|
4
|
5,19
|
73
|
94,81
|
Partisipasi masyarakat
dalam membantu menyediakan alat dalam kegiatan pelestarian mangrove
|
7
|
9,09
|
70
|
90,91
|
Sumber : Data primer
diolah tahun 2012
Dari tabel
12 dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak langsung dengan
persentase tertinggi sebesar 9,09 % atau sebanyak 7 responden adalah partisipasi masyarakat dalam membantu menyediakan
alat dalam kegiatan pelestarian mangrove.
Berikut
ini adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di
Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 13: Bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk Partisipasi
|
Jumlah Responden
|
Persentase (%)
|
Langsung
|
27
|
84,38
|
Tidak langsung
|
5
|
15,63
|
Jumlah
|
32
|
100
|
Sumber : Data primer
diolah tahun 2012
Untuk mengetahui faktor yang paling
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan
Wonorejo menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil uji statsitik
menggunakan uji regresi logistik berganda adalah faktor pengetahuan masyarakat
sebesar (p=0,070) dan faktor tingkat pendidikan sebesar (p=0,078). Sedangkan
faktor yang paling berpengaruh terhadap pelestarian mangrove di Kelurahan
Wonorejo adalah faktor pengetahuan masyarakat (p=0,070) karena nilai
signifikansi lebih kecil daripada faktor tingkat pendidikan (p=0,078).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, analisis statistika
yang dilakukan adalah uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Uji chi square dan uji regresi logistik berganda ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel tingkat pendidikan, pengetahuan masyarakat, tanggungan keluarga, dan tingkat pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan
Wonorejo.
Hasil anĂ¡lisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Tingkat
pendidikan adalah tahun sukses yang telah atau sedang
ditempuh responden dalam hal ini adalah kepala keluarga. Pendidikan memegang peranan yang sangat menentukan didalam membawa
masyarakat ke arah suatu kemajuan.
Peningkatan pendidikan akan membawa
perubahan-perubahan nilai, melalui perubahan nilai yang positif diharapkan
pandangan masyarakat terhadap lingkungan khususnya dalam pelestarian mangrove
menjadi perhatian khusus. Sehingga pengelolaan lingkungan dapat terkendali dan
tidak lagi terjadi kerusakan lingkungan dalam hal ini kerusakan ekosistem
mangrove.
Berdasarkan penelitian di Kelurahan
Wonorejo, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mangrove. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Erwiantono (2006 : 46) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang tergolong rendah dapat
mengakibatkan pola berfikir dan bertindak masyarakat tersebut dalam
mempertimbangkan sesuatu keputusan terbatas, terutama dalam pemanfaatan
sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Kondisi tingkat pendidikan yang rendah ini juga
akan menjadi kendala dalam upaya partisipasi pengelolaan ekosistem mangrove
yang lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan dapat berimplikasi pada (1)
rendahnya tingkat adopsi inovasi, (2) rendahnya partisipasi masyarakat dalam
program pengembangan kawasan dan (3) perilaku yang tidak berwawasan lingkungan
dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya.
Pendidikan merupakan suatu hal yang lumrah,
yang selalu berhubungan erat dengan bidang apapun, termasuk dalam hal ini
kesadaran terhadap lingkungan. Kesadaran
lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan seara efektif.
Artinya tanpa adanya kesadaran tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu
pengembangan lingkungan kearah yang bermanfaat tidak akan tercapai. Syarat
penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut adalah dengan pendidikan. Pendidikan
akan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mengolah dan memberdayakan alam.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran
masyarakat dalam berpartisipasi
melestarikan mangrove, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat
maka semakin rendah pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan
mangrove.
Disamping itu,
pengetahuan masyarakat juga berpengaruh terhadap pelestarian mangrove. Pengetahuan Masyarakat adalah kemampuan masyarakat dalam mengetahui
segala sesuatu mengenai mangrove, antara lain : pengertian hutan mangrove,
manfaat hutan mangrove, pelestarian mangrove, manfaat pelestarian mangrove, dan
kegiatan dalam pelestarian mangrove. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan
dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat.
Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan di mana masyarakat menetap. Keadaan
lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan dipengaruhi pengetahuan masyarakat,
dalam hal ini pengetahuan mengenai pelestarian mangrove.
Hasil penelitian ini sama
dengan yang dikatakan oleh Wahyuni (2007:209) yang menyatakan bahwa Pengrusakan
hutan mangrove dapat terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
pesisir pantai tentang manfaat hutan mangrove dan pelestariannya berkaitan
dengan fungsi ekologinya. Kurangnya kesadaran ini
berakibat kepada rendahnya kepedulian akan perusakan yang terjadi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi
melestarikan mangrove, sebaliknya semakin rendah pengetahuan masyarakat maka
semakin rendah pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan
mangrove.
Hasil anĂ¡lisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor yang
tidak berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat dalam
pelestarian mangrove adalah tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan. Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan dalam satu keluarga
atau jumlah orang yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.
Tanggungan
keluarga sangat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga. Jika anggota
keluarga banyak maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan banyak, sedangkan
jika anggota keluarga sedikit maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga sedikit.
Hal inilah yang akan menjadikan masyarakat memiliki partisipasi yang berbeda dalam pelestarian mangrove.
Masyarakat yang memiliki tanggungan keluarga banyak akan mencari tambahan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga sumberdaya alam yang
ada disekitarnya dimanfaatkan secara terus menerus tanpa memperhatikan
kelestariannya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang
dikatakan oleh Chasanah (2008:30) yang mengatakan bahwa jika semakin tinggi jumlah
tanggungan keluarga, maka semakin berat ekonomi yang harus ditanggung sehingga
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan (pelestarian mangrove) akan
semakin kecil. Hal ini
disebabkan biaya konsumsi semakin tinggi sehingga sebagian besar pendapatan
keluarga digunakan untuk makan dan memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga dengan
bertambahnya tanggungan keluarga maka seiring bertambahnya pula pemenuhan
kebutuhan, hal inilah yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan (pelestarian mangrove).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
besar kecilnya jumlah
tanggungan keluarga tidak mempengaruhi besar kecilnya partisipasi masyarakat
dalam pelestarian mangrove.
Selain tanggungan
keluarga, tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh terhadap pelestarian mangrove. Tingkat pendapatan
adalah pendapatan dalam
satu bulan yang diperoleh oleh kepala keluarga. Seharusnya semakin tinggi pendapatan masyarakat maka
semakin tinggi pula kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melestarikan
mangrove tetapi sebaliknya semakin rendah pendapatan maka semakin rendah pula
kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melestarikan mangrove. Hal ini disebabkan karena masyarakat
masih bergantung dan ingin memenuhi kebutuhannya dengan instan tanpa
memperhatikan sekitarnya, misalnya memanfaatkan kayu mangrove, menebang
mangrove tanpa memperhatikan pelestariannya, mengambil sumber daya yang ada di
sekitar kawasan mangrove tanpa memperhatikan pelestariannya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang
dikatakan oleh Erwiantono
(2006:46) yang mengatakan bahwa tingkat pendapatan adalah
faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian
lingkungan hidup dalam hal ini adalah pelestarian mangrove. Selain itu ambisi
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu juga mempunyai hubungan dengan tingkat
ekonomi keluarganya. Jadi dengan tingkat pendapatan yang lebih baik atau tinggi
dapat mendorong seseorang berpartisipasi lebih baik atau tinggi pula.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
besar kecilnya tingkat pendapatan masyarakat tidak mempengaruhi besar
kecilnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove.
Sedangkan hasil analisis dengan uji regresi logistik berganda bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah faktor pengetahuan
masyarakat (p=0,070)
karena nilai signifikansi lebih kecil daripada faktor tingkat pendidikan (p=0,078).
Responden yang memiliki pengetahuan kurang dari rata-rata kemungkinan berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove sebesar 0.404 kali dibandingkan
dengan responden yang mempunyai pengetahuan
lebih dari atau sama dengan rata-rata. Atau dengan kata
lain responden yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata-rata
kemungkinan berpartisipasi aktif dalam
pelestarian mangrove sebesar
kali yaitu sebesar 2,48 kali dibandingkan responden
yang memiliki pengetahuan kurang dari rata-rata.
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa partisipasi aktif masyarakat dapat dilihat pada masyarakat
yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata – rata dan
pendidikan lebih dari atau sama dengan 10 tahun, sedangkan partisipasi
masyarakat pasif dapat dilhat pada masyarakat yang mempunyai pengetahuan kurang
dari rata – rata dan pendidikan kurang dari 10 tahun.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.
Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo dengan
partisipasi pasif sebanyak 45 orang atau sebesar 58,4 % dan responden dengan
partisipasi aktif sebanyak 32
orang atau sebesar 41,6 %.
2.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove
di Kelurahan Wonorejo yaitu partisipasi langsung sebanyak 27 orang atau 84,38 %
dan partisipasi tidak langsung sebanyak 5 orang atau 15,63 %.
3.
Melalui uji chi square dapat diketahui bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di
Kelurahan Wonorejo adalah faktor tingkat pendidikan dan faktor pengetahuan
masyarakat. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor
tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan.
4.
Melalui uji regresi logistik berganda diketahui bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian
mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor
pengetahuan masyarakat.
5. Dari hasil penelitian di Kelurahan Wonorejo dapat diketahui
bahwa partisipasi aktif masyarakat dapat dilihat pada masyarakat yang mempunyai
pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata – rata dan pendidikan lebih dari
atau sama dengan 10 tahun, sedangkan partisipasi masyarakat pasif dapat dilhat pada
masyarakat yang mempunyai pengetahuan kurang dari rata – rata dan pendidikan
kurang dari 10 tahun.
Saran
1.
Bagi
Masyarakat
a.
Masyarakat
seharusnya lebih berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove karena manfaat
dari mangrove dapat dirasakan oleh semua masyarakat sekitar.
b. Perlu ditingkatkan pemahamanan mengenai mangrove, karena kebanyakan
masyarakat hanya mengetahui manfaat mangrove secara ekonomis saja.
2. Bagi Pemerintah
a. Senantiasa mensosialisasikan dan mengadakan penyuluhan tentang
pelestarian mangrove kepada masyarakat, menindak tegas segala bentuk
pelanggaran yang bertentangan dengan pengrusakan mangrove oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
b. Perlu adanya kebijaksanaan mengenai pelestarian mangrove.
c.
Hal-hal
yang ditemukan
pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan menyusun
strategi dalam melestarikan mangrove.
DAFTAR
PUSTAKA
BLH. 2011. Laporan Status Lingkungan
Hidup Daerah Kota Surabaya. Surabaya: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya.
Chasanah, Nur. 2008. Analisis Pengaruh Empowerment, Self Efficacy dan Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja Dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro.
Erwiantono. 2006. Kajian Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem
Mangrove di Kawasan Teluk
Pangpang-Banyuwangi. Samarinda: Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Samarinda, Kalimantan Timur.
Santoso, Urip. 2008. Hutan Mangrove, Permasalahan dan Solusinya. http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/03/hutan-mangrove-permasalahan-dan-solusinya/, diakses tanggal 17 September 2012.
Supriharyono.
2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wahyuni, Dewi. 2007. Pengelolaan
Hutan Mangrove di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Torani
Vol. 17(3) Edisi September 2007 208-221, Fakultas MIPA Universitas Gorontalo.
Yuniarti. 2007. Pengelolaan Wilayah
Pesisir di Indonesia (Studi Kasus :
Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis
Masyarakat di Kepulauan Riau).
Bandung: Universitas Padjadjaran.
-----------. 2012. Data Monografi Kelurahan Wonorejo Tahun 2012.
-----------. 2012a. Ekosistem Mangrove:
Merintih Tergerus Keserakahan.
http://indomaritimeinstitute.org/?p=1534, diakses tanggal 17 September 2012.