Jumat, 04 Januari 2013

Mangrove



PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN MANGROVE DI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

Nur Hamid
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, elnur.hamid@gmail.com
Dra. Hj. Sri Murtini, M.Si
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Abstrak
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk hidup dan berkembang biak. Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir. Pantai Timur Surabaya adalah kawasan yang memiliki luas mangrove sebesar 491,62 ha sehingga pemerintah Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. Tetapi banyak terjadi kerusakan mangrove, kerusakan paling besar yaitu di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut sebesar 14,006 ha atau 27,26%. Penyebab rusaknya mangrove ini disebabkan oleh faktor manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan masyarakat, tanggungan keluarga, tingkat pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo, dan untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Lokasi penelitian ini di RW 7 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya karena paling dekat dengan kawasan mangrove dan memiliki peran paling besar dibanding RW lain. Populasi yang digunakan sebanyak 343 KK. Pemilihan sampel menggunakan Simple random sampling yaitu sebesar 77 responden. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh menggunakan uji chi square, sedangkan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis dengan uji chi square menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan (p=0,071) dan faktor pengetahuan masyarakat (p=0,063) terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor tanggungan keluarga (p=0,400) dan faktor tingkat pendapatan (p=1,000) terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo. Hasil analisis dengan uji regresi logistik berganda variabel yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor pengetahuan masyarakat (p=0,070).
Kata Kunci: Faktor Sosial Ekonomi, Partisipasi Masyarakat, Pelestarian Mangrove
  
Abstract
Mangrove forest providing protection to a variety of an organism either animal land and water to live and reproduce. The forest trees are a buffer between the mainland and coastal communities. The east coast of Surabaya are areas that have broad mangrove of 491,62 ha so that the Surabaya government make this area as conservation area. But there are many mangrove damage occurs with the most damage is occurs in Wonorejo of Rungkut district  that is reach 14,006 ha or 27,26 %. The mangrove damaged is caused by the human factor. The aim of this research is to analyze the influence of the educational level, knowledge of the people,  influence of dependents families, influence of income level against public participation in the preservation of the mangrove in Wonorejo sub district, and analyze the variable the most influential on public participation in the preservation of the mangrove in Wonorejo sub district. The type of this research is survey research. The location of this research in RW 7 in Wonorejo of Rungkut district of Surabaya city because it is closest to mangrove region and having the largest role of others RW. Population that is used as many as 343 families. The sample selection is use simple random sampling that is by 77 respondents. The technique of  collecting data is with interviews and documentation. The technique of data analysis is use test  statistic. Test statistics is used to know the influence of test using chi square while to know most influential factor test use of multiple regression logistics test. The result of this research indicates that analysis by test chi square shows the significant factor between education levels ( p = 0,071 ) and the knowledge of a community ( p = 0,063 ) against public participation in mangrove preservation in Wonorejo sub district. And there isn’t significant influence factor between dependents family ( p = 0,400 ) and factor of income level ( p = 1,000 ) against public participation in mangrove preservation Wonorejo sub district. The result of the analysis by test of multiple regression logistics, the variable  that most influential significantly toward public participation in mangrove preservation in Wonorejo sub district is the factor of public knowledge ( p = 0,070 ).
Keywords: Socioeconomic factors, public participation, the preservation of the mangrove  





PENDAHULUAN

Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata. (Yuniarti, 2007 : 1)
Hutan mangrove Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di dunia. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75 % dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27 % dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di  wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Saat ini, tercatat Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 9,36 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekitar 48 % atau seluas 4,51 juta hektar rusak sedang dan 23 % atau 2,15 juta hektare lainnya rusak berat. Kerusakan  hutan mangrove di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia. Baik berupa konversi mangrove menjadi sarana  pemanfaatan lain seperti pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya. (http://indomaritimeinstitute.org/?p=1534)
Surabaya sebagai kota yang terletak di tepi pantai merupakan salah satu contoh bagaimana pemerintah daerah harus tanggap terhadap dampak buruk perusakan ekosistem pesisir yang akan memperburuk daya dukung kawasan pesisir yang secara alami sudah sangat rentan terhadap kerusakan akibat perubahan lingkungan dan bencana alam. Khususnya pantai timur Surabaya yang sudah menjadi perhatian khusus dalam konservasi alam yang bertujuan untuk meminimalisasi dampak perubahan lingkungan dan bencana alam. Salah satu konservasi alam di pantai timur Surabaya adalah konservasi hutan mangrove.
Menurut Supriharyono (2002:31–32) ada beberapa manfaat penting hutan mangrove, diantaranya adalah : 1) Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar. Karena nila kalorinya yang tinggi maka kayu mangrove dapat dipakai sebagai arang atau (charcoa). Selain itu beberapa jenis pohon mangrove tertentu mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perumahan dan konstruksi kayu. 2) Kulit kayu merupakan sumber tanin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit dan pengawetan jala atau jaring ikan. Selain itu juga merupakan sumber lem plywood dan beberapa macam zat warna. 3) Daunnya bisa digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa daun dari jenis-jenis tertentu digunakan sebagai obat tradisional baik untuk manusia atau hewan ternak, bahkan adapula yang dipakai sebagai pengganti untuk teh dan tembakau. 4) Bunga – bunganya merupakan sumber madu. 5) Buah – buahan ada yang dapat dimakan, walaupun beberapa dari buah – buah tersebut ada yang beracun bagi ikan. 6) Akar – akarnya efektif untuk perangkat sedimen, memperlambat kecepatan arus, dan mencegah erosi pantai. 7) Tempat mencari makanan dan berlindung bagi berbagai ikan dan hewan – hewan air lainnya (seperti kerang – kerangan) terutama pada tingkat juvenile. 8) Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir (laut), misalnya antara terumbu karang dan lamun (seagrasess).
Mangrove mempunyai manfaat yang sangat besar sekali baik dari segi pendidikan, wisata, ekonomi, dan keindahan alam. Pantai Timur Surabaya adalah kawasan yang memiliki luas mangrove yang besar yaitu 491. 62 ha sehingga pemerintah Surabaya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. (Dinas Pertanian Kota S urabaya dalam BLH, 2011)
Kecamatan yang memiliki luas hutan mangrove terbesar adalah Kecamatan Rungkut yaitu 154,01 ha. Hal inilah yang menjadikan Kecamatan Rungkut dalam hal ini adalah Kelurahan Wonorejo dijadikan sebagai kawasan konservasi mangrove. Tetapi di Kelurahan Wonorejo terjadi kerusakan hutan mangrove terbesar dibandingkan dengan wilayah lain, kerusakan ini seluas 27,26 % dari luas total mangrove Wonorejo. Padahal pemerintah sudah berperan aktif dalam menangani masalah mangrove. Kerusakan hutan mangrove dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Hutan Mangrove Pantai Timur Surabaya Tahun 2011
Kec.
Kel.
∑ (ha)
∑ kerusakan (ha)
% Kerusakan
Gunung Anyar
Gunung Anyar Tambak
63,477
11,079
17,45 %
Mulyorejo
Dukuh Sutorejo
1,486
0,000
0,00 %
Kalisari
68,329
2,513
3,68 %
Kejawan Putih
28,461
0,204
0,72 %
Rungkut
Medokan Ayu
70,403
1,375
1,95 %
Wonorejo
51,38
14,006
27,26 %
Sukolilo
Keputih
150,378
32,535
21,64 %
Semampir
1,421
0,327
23,01 %
 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya dalam BLH, 2011 (diolah)
Menurut Santoso (2012) faktor penyebab rusaknya hutan mangrove adalah : 1) Pemanfaatan yang tidak terkontrol, karena ketergantungan masyarakat yang menempati wilayah pesisir sangat tinggi, 2) Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan (perkebunan, tambak, pemukiman, kawasan industri, wisata) tanpa mempertimbangkan kelestarian dan fungsinya terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan pemaparan diatas, salah satu penyebab rusaknya mangrove adalah dari faktor manusia. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi masyarakat. Sehingga perlu diadakan penelitian mengenai hal tersebut dengan tujuan untuk : 1) menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, pengetahuan masyarakat, tanggungan keluarga, dan tingkat pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, 2) menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dimaksudkan  untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan dan gambaran secara jelas tentang pengaruh sosial ekonomi terhadap perilaku masyarakat dalam pelestarian mangrove di kelurahan wonorejo kecamatan rungkut kota surabaya.
Lokasi penelitian ini adalah di RW 7 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya dengan alasan bahwa masyarakat RW 7 adalah yang paling dekat dengan kawasan mangrove dan memiliki peran paling besar dibanding RW yang lain. (Prasurvey, tanggal 19 September 2012)
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah RW 7 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya sebesar 343 KK (Monografi Kelurahan Wonorejo, 2012). Sedangkan sampel yang digunakan adalah 77 responden. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian. Pengundian ini dilakukan dengan mengambil nomor atau nama responden tiap RT dalam populasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh menggunakan uji chi square, sedangkan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh menggunakan uji regresi logistik berganda.


HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya tentang pengaruh faktor sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah jumlah responden tingkat pendidikan < 10 tahun sebanyak 27 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 7 orang atau 25,9 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 20 orang atau 74,1 %. Sedangkan tingkat pendidikan 10 tahun sebanyak 50 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 25 orang atau 50 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 25 orang atau 50 %. Hasil uji statsitik menggunakan uji chi square (χ2) sebesar 3,251 dengan nilai p = 0,071. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas, maka p < α (0,071 < 0,1) artinya ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Jumlah responden dengan pengetahuan masyarakat < rata – rata sebanyak 49 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 16 orang atau 32,7 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 33 orang atau 67,3 %. Sedangkan pengetahuan masyarakat rata – rata sebanyak 28 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 16 orang atau 57,1 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 12 orang atau 42,9 %. Hasil uji statsitik menggunakan uji chi square (χ2) sebesar 3,449 dengan nilai p = 0,063. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas, maka p < α (0,063 < 0,1) artinya ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Berikut ini adalah pengetahuan masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya :
a.     Pengetahuan masyarakat tentang pengertian hutan mangrove
Tabel 2: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengertian Hutan Mangrove
Pengertian Hutan Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Hutan yang tumbuh di sepanjang pantai
33
42,86
44
57,14
Hutan yang banyak tanaman bakau
27
35,06
50
64,94
Hutan yang hidup di muara sungai, daerah pasang surut, dan tepi laut
33
42,86
44
57,14
Spesies pohon yang yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin
31
40,26
46
59,74
       Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 2 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pengertian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 42,86 % atau sebanyak 33 responden adalah hutan yang tumbuh di sepanjang pantai atau hutan yang hidup di muara sungai, daerah pasang surut, dan tepi laut.
b.     Pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan mangrove
Tabel 3: Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Hutan Mangrove
Manfaat Hutan Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Tempat rekreasi dan pariwisata
31
40,26
46
59,74
Mencegah abrasi pantai
48
62,34
29
37,66
Dapat digunakan secara ekonomis misalnya buah dan kayunya
28
36,36
49
63,64
Tempat hidup berbagai satwa lain misalnya kera, buaya, dan burung
23
29,87
54
70,13
       Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 3 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 62,34 % atau sebanyak 48 responden adalah mangrove mempunyai manfaat mencegah abrasi pantai.

c.     Pengetahuan masyarakat tentang kerusakan mangrove
Tabel 4: Pengetahuan Masyarakat Tentang Kerusakan Mangrove
Kerusakan Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Berkurangnya luasan mangrove
20
25,97
57
74,03
Berkurangnya keindahan mangrove karena banyak aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem mangrove
33
42,86
44
57,14
Adanya konversi mangrove menjadi tempat pemancingan, pertambakan, dan pemukiman
22
28,57
55
71,43
Penurunan keanekaragamanhayati di wilayah pesisir khususnya kawasan mangrove
24
31,17
53
68,83
   Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 4 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kerusakan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 42,86 % atau sebanyak 33 responden adalah berkurangnya keindahan mangrove karena banyak aktivitas manusia yang mengganggu ekosistem mangrove.
d.     Pengetahuan masyarakat tentang pelestarian mangrove
Tabel 5: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelestarian Mangrove
Pelestarian Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Upaya untuk menata kembali kawasan mangrove sekaligus melakukan aktivitas penghijuan
34
44,16
43
55,16
Upaya untuk mengembalikan peran ekosistem mangrove sebagai penyangga kehidupan biota laut sekaligus untuk konservasi hutan mangrove
31
40,26
46
59,74
Upaya untuk menggalang kesadaran bersama sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melestarikan mangrove
25
32,47
52
67,53
Upaya untuk menanam, memelihara, dan mengawasi hutan mangrove agar tetap lestari
39
50,65
38
49,35
   Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 5 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pelestarian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 50,65 % atau sebanyak 39 responden adalah upaya untuk menanam, memelihara, dan mengawasi hutan mangrove agar tetap lestari.
e.     Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pelestarian mangrove
Tabel 6: Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pelestarian Mangrove
Manfaat Pelestarian Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Menghijaukan kawasan mangrove
29
37,66
48
62,34
Meminimalisasi kerusakan mangrove
15
19,48
62
80,52
Dapat dimanfaatkan di masa sekarang dan di masa yang akan datang
43
55,84
34
44,16
Sebagai tempat tinggal makhluk hidup yang ada di kawasan mangrove
31
40,26
46
59,74
      Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 6 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang manfaat pelestarian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 55,84 % atau sebanyak 43 responden adalah mangrove dapat dimanfaatkan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
f.      Pengetahuan masyarakat tentang penanaman mangrove
Tabel 7: Pengetahuan Masyarakat Tentang Penanaman Mangrove
Penanaman Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Upaya untuk menambah pohon mangrove menjadi lebih banyak
26
33,77
51
66,23
Upaya memperluas kawasan mangrove
21
27,27
56
72,73
Kegiatan menanam pohon mangrove di kawasan hutan mangrove
23
29,87
54
70,13
Kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara penanaman benih mangrove yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove
53
68,83
24
31,17
      Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 7 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang penanaman mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 68,83 % atau sebanyak 53 responden adalah kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara penanaman benih mangrove yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove.
g.     Pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan mangrove
Tabel 8: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemeliharaan Mangrove
Pemeliharaan Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Upaya merawat tanaman mangrove yang masih berumur muda ataupun tua
27
35,06
50
64,94
Upaya merawat tanaman mangrove secara terus menerus agar tanaman mangrove dapat tetap lestari
41
53,25
36
46,75
Kegiatan memelihara tanaman mangrove di kawasan hutan mangrove
23
29,87
54
70,13
Kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara memeliharanya yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove
37
48,05
40
51,95
      Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 8 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 53,25 % atau sebanyak 41 responden adalah upaya merawat tanaman mangrove secara terus menerus agar tanaman mangrove dapat tetap lestari.
h.     Pengetahuan masyarakat tentang pengawasan mangrove
Tabel 9: Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengawasan Mangrove
Pengawasan Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Upaya memantau tanaman mangrove yang masih berumur muda ataupun tua
24
31,17
53
68,83
Upaya memantau tanaman mangrove secara terus menerus agar tanaman mangrove dapat tetap lestari
32
41,56
45
58,44
Kegiatan mengawasi / memantau tanaman mangrove di kawasan hutan mangrove
30
38,96
47
61,04
Kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara mengawasi / memantau yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove
35
45,45
42
54,55
      Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 9 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pengawasan mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 45,45 % atau sebanyak 35 responden adalah kegiatan melestarikan hutan mangrove dengan cara mengawasi / memantau yang bertujuan untuk menghijaukan hutan mangrove.
i.       Pengetahuan masyarakat tentang kegiatan dalam pelestarian mangrove
Tabel 10: Pengetahuan Masyarakat Tentang Kegiatan Dalam Pelestarian Mangrove
Kegiatan Dalam Pelestarian Mangrove
Jumlah Responden
Tahu
Tidak tahu
F
%
F
%
Pembibitan tanaman mangrove
40
51,95
37
48,05
Menanam mangrove
33
42,86
44
57,14
Memelihara mangrove
34
44,16
43
55,84
Mengawasi mangrove
20
25.97
57
74,03
      Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari table 10 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kegiatan dalam pelestarian mangrove dengan persentase tertinggi sebesar 51,95 % atau sebanyak 40 responden adalah pembibitan tanaman mangrove.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya tentang pengaruh faktor ekonomi terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah jumlah responden dengan tanggungan keluarga < 4 sebanyak 22 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 7 orang atau 31,8 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 15 orang atau 68,2 %. Sedangkan tanggungan keluarga ≥ 4 sebanyak 55 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 25 orang atau 45,5 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 30 orang atau 54,5 %. Hasil uji statsitik menggunakan uji chi square (χ2) sebesar 0,707 dengan nilai p = 0,4. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas, maka p > α (0,4 > 0,1) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara tanggungan keluarga dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Jumlah responden dengan tingkat pendapatan < Rp. 1.868.831 sebanyak 57 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 24 orang atau 42,1 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 33 orang atau 57,9 %. Sedangkan tingkat pendapatan ≥ Rp. 1.868.831 sebanyak 20 orang dengan rincian partisipasi masyarakat aktif sebanyak 8 orang atau 40 % dan partisipasi masyarakat pasif sebanyak 12 orang atau 60 %. Hasil uji statsitik menggunakan uji chi square (χ2) sebesar 0,000 dengan nilai p = 1,000. Dengan menggunakan derajad kesalahan (α) sebesar 0,1 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila p < α. Dari data di atas, maka p > α (1,000 > 0,1) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Berdasarkan penelitian di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut, masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove digolongkan menjadi masyarakat berpartisipasi langsung dan masyarakat berpartisipasi tidak langsung. Partisipasi masyarakat secara langsung sebesar 84,38% yang meliputi keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan penyuluhan, menanam mangrove, memelihara mangrove, mengawasi mangrove.  Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11. Sedangkan partisipasi masyarakat tidak langsung sebesar 15,63% yang meliputi keikutsertaan masyarakat membantu menyediakan kontribusi dalam kegiatan pelestarian mangrove dan membantu menyediakan alat dalam kegiatan pelestarian mangrove. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel  11: Partisipasi Masyarakat Langsung
Partisipasi Langsung
Jumlah Responden
Aktif
Pasif
F
%
F
%
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan
33
42,86
44
57,14
Partisipasi masyarakat dalam menanam mangrove
30
38,96
47
61,04
Partisipasi masyarakat dalam memelihara mangrove
23
29,87
54
70,13
Partisipasi masyarakat dalam mengawasi mangrove
31
40,26
46
59,74
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari tabel 11 dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat langsung dengan persentase tertinggi sebesar 42,86 % atau sebanyak 33 responden adalah partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan.
Tabel 12: Partisipasi Masyarakat Tidak Langsung
Partisipasi  Tidak Langsung
Jumlah Responden
Aktif
Pasif
F
%
F
%
Partisipasi masyarakat dalam membantu menyediakan kontribusi dalam kegiatan pelestarian mangrove
4
5,19
73
94,81
Partisipasi masyarakat dalam membantu menyediakan alat dalam kegiatan pelestarian mangrove
7
9,09
70
90,91
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Dari tabel 12 dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak langsung dengan persentase tertinggi sebesar 9,09 % atau sebanyak 7 responden adalah partisipasi masyarakat dalam membantu menyediakan alat dalam kegiatan pelestarian mangrove.
Berikut ini adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 13: Bentuk Partisipasi Masyarakat
Bentuk Partisipasi
Jumlah Responden
Persentase (%)
Langsung
27
84,38
Tidak langsung
5
15,63
Jumlah
32
100
Sumber : Data primer diolah tahun 2012
Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil uji statsitik menggunakan uji regresi logistik berganda adalah faktor pengetahuan masyarakat sebesar (p=0,070) dan faktor tingkat pendidikan sebesar (p=0,078). Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor pengetahuan masyarakat (p=0,070) karena nilai signifikansi lebih kecil daripada faktor tingkat pendidikan (p=0,078).

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, analisis statistika yang dilakukan adalah uji chi square  dan uji regresi logistik berganda. Uji chi square dan uji regresi logistik berganda ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel tingkat pendidikan, pengetahuan masyarakat, tanggungan keluarga, dan tingkat pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo.
Hasil anĂ¡lisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Tingkat pendidikan adalah  tahun sukses yang telah atau sedang ditempuh responden dalam hal ini adalah kepala keluarga. Pendidikan memegang peranan yang sangat menentukan didalam membawa masyarakat ke arah suatu kemajuan.
Peningkatan pendidikan akan membawa perubahan-perubahan nilai, melalui perubahan nilai yang positif diharapkan pandangan masyarakat terhadap lingkungan khususnya dalam pelestarian mangrove menjadi perhatian khusus. Sehingga pengelolaan lingkungan dapat terkendali dan tidak lagi terjadi kerusakan lingkungan dalam hal ini kerusakan ekosistem mangrove.
Berdasarkan penelitian di Kelurahan Wonorejo, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Erwiantono (2006 : 46) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang tergolong rendah dapat mengakibatkan pola berfikir dan bertindak masyarakat tersebut dalam mempertimbangkan sesuatu keputusan terbatas, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Kondisi tingkat pendidikan yang rendah ini juga akan menjadi kendala dalam upaya partisipasi pengelolaan ekosistem mangrove yang lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan dapat berimplikasi pada (1) rendahnya tingkat adopsi inovasi, (2) rendahnya partisipasi masyarakat dalam program pengembangan kawasan dan (3) perilaku yang tidak berwawasan lingkungan dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya.
Pendidikan merupakan suatu hal yang lumrah, yang selalu berhubungan erat dengan bidang apapun, termasuk dalam hal ini kesadaran terhadap lingkungan. Kesadaran lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan seara efektif. Artinya tanpa adanya kesadaran tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu pengembangan lingkungan kearah yang bermanfaat tidak akan tercapai. Syarat penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut adalah dengan pendidikan. Pendidikan akan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mengolah dan memberdayakan alam.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan mangrove, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka semakin rendah pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan mangrove.
Disamping itu, pengetahuan masyarakat juga berpengaruh terhadap pelestarian mangrove. Pengetahuan Masyarakat adalah kemampuan masyarakat dalam mengetahui segala sesuatu mengenai mangrove, antara lain : pengertian hutan mangrove, manfaat hutan mangrove, pelestarian mangrove, manfaat pelestarian mangrove, dan kegiatan dalam pelestarian mangrove. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan di mana masyarakat menetap. Keadaan lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan dipengaruhi pengetahuan masyarakat, dalam hal ini pengetahuan mengenai pelestarian mangrove.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dikatakan oleh Wahyuni (2007:209) yang menyatakan bahwa Pengrusakan hutan mangrove dapat terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat pesisir pantai tentang manfaat hutan mangrove dan pelestariannya berkaitan dengan fungsi ekologinya. Kurangnya kesadaran ini berakibat kepada rendahnya kepedulian akan perusakan yang terjadi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan mangrove, sebaliknya semakin rendah pengetahuan masyarakat maka semakin rendah pula kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan mangrove.
Hasil anĂ¡lisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor yang tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan. Tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan dalam satu keluarga atau jumlah orang yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.
Tanggungan keluarga sangat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga. Jika anggota keluarga banyak maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan banyak, sedangkan jika anggota keluarga sedikit maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga sedikit. Hal inilah yang akan menjadikan masyarakat memiliki partisipasi yang berbeda dalam pelestarian mangrove. Masyarakat yang memiliki tanggungan keluarga banyak akan mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga sumberdaya alam yang ada disekitarnya dimanfaatkan secara terus menerus tanpa memperhatikan kelestariannya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Chasanah (2008:30) yang mengatakan bahwa jika semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga, maka semakin berat ekonomi yang harus ditanggung sehingga partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan (pelestarian mangrove) akan semakin kecil. Hal ini disebabkan biaya konsumsi semakin tinggi sehingga sebagian besar pendapatan keluarga digunakan untuk makan dan memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga dengan bertambahnya tanggungan keluarga maka seiring bertambahnya pula pemenuhan kebutuhan, hal inilah yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan (pelestarian mangrove).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga tidak mempengaruhi besar kecilnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove.
Selain tanggungan keluarga, tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh terhadap pelestarian mangrove. Tingkat pendapatan adalah pendapatan dalam satu bulan yang diperoleh oleh kepala keluarga. Seharusnya semakin tinggi pendapatan masyarakat maka semakin tinggi pula kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melestarikan mangrove tetapi sebaliknya semakin rendah pendapatan maka semakin rendah pula kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melestarikan mangrove. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih bergantung dan ingin memenuhi kebutuhannya dengan instan tanpa memperhatikan sekitarnya, misalnya memanfaatkan kayu mangrove, menebang mangrove tanpa memperhatikan pelestariannya, mengambil sumber daya yang ada di sekitar kawasan mangrove tanpa memperhatikan pelestariannya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Erwiantono (2006:46) yang mengatakan bahwa tingkat pendapatan adalah faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup dalam hal ini adalah pelestarian mangrove. Selain itu ambisi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu juga mempunyai hubungan dengan tingkat ekonomi keluarganya. Jadi dengan tingkat pendapatan yang lebih baik atau tinggi dapat mendorong seseorang berpartisipasi lebih baik atau tinggi pula.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya tingkat pendapatan masyarakat tidak mempengaruhi besar kecilnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove.
Sedangkan hasil analisis dengan uji regresi logistik berganda bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove adalah faktor pengetahuan masyarakat (p=0,070) karena nilai signifikansi lebih kecil daripada faktor tingkat pendidikan (p=0,078).
Responden yang memiliki pengetahuan kurang dari rata-rata kemungkinan berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove sebesar 0.404 kali dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata-rata. Atau dengan kata lain responden yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata-rata kemungkinan berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove sebesar kali yaitu sebesar 2,48 kali dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dari rata-rata.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi aktif masyarakat dapat dilihat pada masyarakat yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata – rata dan pendidikan lebih dari atau sama dengan 10 tahun, sedangkan partisipasi masyarakat pasif dapat dilhat pada masyarakat yang mempunyai pengetahuan kurang dari rata – rata dan pendidikan kurang dari 10 tahun.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.     Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo dengan partisipasi pasif sebanyak 45 orang atau sebesar 58,4 % dan responden dengan partisipasi aktif sebanyak 32 orang atau sebesar 41,6 %.
2.     Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo yaitu partisipasi langsung sebanyak 27 orang atau 84,38 % dan partisipasi tidak langsung sebanyak 5 orang atau 15,63 %.
3.     Melalui uji chi square dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor tingkat pendidikan dan faktor pengetahuan masyarakat. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan.
4.     Melalui uji regresi logistik berganda diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Wonorejo adalah faktor pengetahuan masyarakat.
5.     Dari hasil penelitian di Kelurahan Wonorejo dapat diketahui bahwa partisipasi aktif masyarakat dapat dilihat pada masyarakat yang mempunyai pengetahuan lebih dari atau sama dengan rata – rata dan pendidikan lebih dari atau sama dengan 10 tahun, sedangkan partisipasi masyarakat pasif dapat dilhat pada masyarakat yang mempunyai pengetahuan kurang dari rata – rata dan pendidikan kurang dari 10 tahun.

Saran
1.     Bagi Masyarakat
a.     Masyarakat seharusnya lebih berpartisipasi aktif dalam pelestarian mangrove karena manfaat dari mangrove dapat dirasakan oleh semua masyarakat sekitar.
b.     Perlu ditingkatkan pemahamanan mengenai mangrove, karena kebanyakan masyarakat hanya mengetahui manfaat mangrove secara ekonomis saja.
2.     Bagi Pemerintah
a.     Senantiasa mensosialisasikan dan mengadakan penyuluhan tentang pelestarian mangrove kepada masyarakat, menindak tegas segala bentuk pelanggaran yang bertentangan dengan pengrusakan mangrove oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
b.     Perlu adanya kebijaksanaan mengenai pelestarian mangrove.
c.     Hal-hal yang ditemukan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan menyusun strategi dalam melestarikan mangrove.
DAFTAR PUSTAKA

BLH. 2011. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Surabaya. Surabaya: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya.

Chasanah, Nur. 2008. Analisis Pengaruh Empowerment, Self Efficacy dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro.

Erwiantono. 2006. Kajian Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Pangpang-Banyuwangi. Samarinda: Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Samarinda, Kalimantan Timur.

Santoso, Urip. 2008. Hutan Mangrove, Permasalahan dan Solusinya.  http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/03/hutan-mangrove-permasalahan-dan-solusinya/, diakses tanggal 17 September 2012.

Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wahyuni, Dewi. 2007. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Torani Vol. 17(3) Edisi September 2007 208-221, Fakultas MIPA Universitas Gorontalo.

Yuniarti. 2007.  Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau). Bandung: Universitas Padjadjaran.

-----------. 2012. Data Monografi Kelurahan Wonorejo Tahun 2012.

-----------. 2012a.  Ekosistem Mangrove: Merintih Tergerus Keserakahan.
http://indomaritimeinstitute.org/?p=1534, diakses tanggal 17 September 2012.